Tingginya
angka kegagalan siswa SMA pada mata pelajaran bahasa Indonesia
ditengarai terjadi karena adanya pergeseran nilai di kalangan generasi
muda. Bahasa Indonesia kini dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak
penting dibandingkan bahasa asing.
"Jelas
ada pergeseran nilai, dan kini anak-anak yang menjadi korban," katan
Abdul Chaer, dosen Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Jakarta.
Ia
menilai, saat ini para siswa lebih mementingkan menguasai bahasa
Inggris ketimbang bahasa negaranya sendiri. "Entah karena gengsi atau
apa. Tapi saat ini fenomena itulah yang terjadi," ungkapnya.
Padahal,
menurut Abdul, sesulit apa pun, seharusnya seluruh siswa menguasai
bahasa resmi negaranya. Karena itu menanggapi banyaknya siswa yang tidak
lulus mata pelajaran Bahasa Indonesia, ia mengatakan semua pihak ikut
bertanggung jawab untuk membangkitkan kembali kecintaan mereka pada
bahasa Indonesia.
Selain
karena pergeseran nilai, ia menduga angka kelulusan yang rendah itu
akibat materi ujian yang sulit. "Bisa jadi karena soalnya yang terlalu
sulit karena berbeda dengan apa yang diajarkan. Yang pasti ini harus
jadi keprihatinan kita semua," tandasnya.
Data
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyebutkan
mayoritas kegagalan siswa SMA pada ujian nasional tahun ini ada pada
ujian Bahasa Indonesia dan Matematika. Ironisnya, mereka adalah para
siswa di sekolah-sekolah wilayah perkotaan, seperti ibu kota provinsi
atau ibu kota kabupaten/kota.