Bila di Indonesia gemuk dianggap sebagai lambang kemakmuran, tidak sama
halnya dengan di Amerika. Di Amerika orang-orang yang gemuk kebanyakan
justru berasal dari kalangan sosial ekonomi menengah ke bawah. Mengapa
demikian?
"Di Amerika orang yang obesitas (kegemukan) itu cenderung dari orang
yang sosial ekonominya rendah, berbeda dengan orang Indonesia yang
menganggap gemuk itu sebagai lambang kemakmuran," jelas Prof dr Jose
Rizal Latief Batubara, SpA (K), PhD, Guru Besar Endokrin Anak FKUI-RSCM,
dalam acara Media Edukasi 'Kenali Jenis Gula Tambahan, Indeks dan Beban
Glikemik Serta Dampaknya pada Anak!' di The Energy Cafe
Menurut Prof Rizal, hal ini disebabkan karena pola makan. Orang-orang
dari kalangan sosial ekonomi menengah ke atas cenderung memiliki
pengetahuan tentang kesehatan yang cukup, sehingga bisa memilih makanan
mana yang sehat, serta juga mampu menyediakan biaya untuk melakukan
olahraga seperti gym.
"Sedangkan orang yang miskin disana makannya junk food, karena harganya
lebih murah. Kalau disana junk food adalah makanan untuk orang yang
tidak mampu, di Indonesia malah junk food yang beli orang-orang kaya,"
lanjut Prof Rizal.
Junk food dipilih karena praktis dan cepat kenyang. Padahal junk food
terbukti mengandung lemak trans (lemak jahat) dam kalori yang tinggi,
yang berpotensi memicu kegemukan dan penyakit metabolisme seperti
diabetes dan hipertensi.
Hal berbeda terjadi di Indonesia. Karena dipengaruhi oleh gaya hidup dan
masih termakan anggapan gemuk adalah lambang kemakmuran, kegemukan
bahkan sudah banyak terjadi pada anak-anak dari keluarga menengah ke
atas di Indonesia.
Berdasarkan Riskesdas 2010, ada 19 persen anak-anak di DKI Jakarta yang
mengalami obesitas, yang rata-rata berasal dari keluarga kalangan
ekonomi menengah ke atas
"Coba saja Anda lihat ke SD di sekolah-sekolah swasta, banyak anak-anak
yang obesitas disana. Dan yang perlu ditekankan, pada orang Chinese
masih banyak yang percaya mitos bahwa gemuk itu lambang kemakmuran. Jadi
anaknya banyak yang dipaksa untuk gemuk. Mitos ini susah untuk
dihilangkan. Padahal gemuk bukanlah sumber kemakmuran, tapi sumber
penyakit," tutup Prof Rizal.
detik.com